X_Ray

X_Ray
You Know Me So Well

Kamis, 24 Februari 2011

Berkas Penting Saya

For downloading "Berkas Penting Saya", click here

Selasa, 08 Februari 2011

Pendidikan Seni Tari Perlu Dikenalkan Anak Sejak Usia Dini

Jakarta (ANTARA News) - Sekolah perlu memberikan pelajaran pendidikan seni tari kepada anak sejak usia dini mulai TK, SD hingga SMU, agar mereka memiliki kemampuan SDM yang berkualitas, kata dosen luar biasa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Melina Surya Dewi, SPd, Msi.

"Kendati seni tari hanya diajarkan 1-2 jam per minggu, namun sekolah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti pelajaran seni tari di luar jam pelajaran atau ekstrakulikuler," katanya ketika ditemui di sela-sela Pesta Kesenian Anak Mutiara Indonesia V (23-25 Maret 2007), di Gedung Kesenian Jakarta, kemarin.

Pimpinan Sanggar Ina Kreativa itu berharap, melalui pemberian pendidikan seni tari, para siswa dan siswi dapat belajar berekspresi diri, beraktualisasi diri, kreatif, menghargai perbedaan dan membangun kebersamaan.

"Pemberian pendidian seni akan menumbuhkan berbagai kecerdasan khususnya kecerdasan kinestetik, serta belajar untuk dapat mengapresiasi keberagaman budaya Indonesia melalui gerakan tariannya," ujar Ina yang kini juga pengajar Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Sementara itu, Ketua Jurusan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS UNJ), Tuteng Suwandi, SKar mengatakan, pendidikan kesenian tidak hanya memberikan pengetahuan secara kognitif, melalinkan secara komprehensif, anak diajak menikmati, menghayati, menghargai karya seni dengan menjadi pelaku atau penonton.

Untuk itu, katanya, Jurusan Seni Tari FBS UNJ mempunyai komitmen melaksanakan dan selalu mengembangkan pendidikan kesenian bagi anak,

Pesta kesenian anak itu menampilkan berbagai kreativitas anak-anak, seperti tarian-tarian, musik, tetater, dan dongeng.

"Acara ini diselenggarakan dengan harapan bahwa anak-anak Indonesia akan terus berkesenian, berpendidikan, berhati nurani, berbagi rasa, berdisiplin, dan bergembira," kata Direktur Gedung Kesenian Jakarta, Marusya Nainggolan.
Menurut dia, anak-anak sudah selayaknya diberi ruang gerak dalam menyampaikan suasana hati dan berekspresi.

Suara gelak tawa dan suasana riang pun seketika itu mewarnai gedung pertunjukan seni ini. Para penonton tidak bisa menahan kegeliannya ketika 10 penari anak-anak dari Kelompok Sosial Pencinta Anak (KSPA) Taman Kanak-kanak Keliling Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mempertunjukkan tarian "Pukul Gendang".

Dalam tarian tersebut, penari menggunakan galon sebagai alat menari, namun di tengah-tengah pertunjukan, seorang penari harus mengejar galon yang terlepas dari tangannya.(*)

Editor: Ruslan

Pembelajaran Seni Musik di SD

Guru sekolah dasar adalah guru yang ahli di semua mata pelajaran, mulai sains, matematika, ilmu sosial, PKn, dan mata pelajaran yang lainnya. Bahkan mata pelajaran muatan lokal pun seperti Bahasa Daerah dan Seni, Budaya, dan Ketrampilan harus dikuasainya. Namun dalam sebagian besar, dalam membelajarkan mata pelajaran Seni, Budaya, dan Keterampilan (SBK) khususnya Pendidikan Seni Musik belum tercapai menurut apa yang digariskan kurikulum. Hal ini bisa dilihat dari fenomena yang ada di lapangan seperti masih banyaknya guru dalam mengerjakan tugas mulia mereka tanpa persiapan sama sekali. Proses pembelajaran musik pun hanya sebatas bernyanyi, mulai dari permulaan jam pelajaran sampai jam pelajaran berakhir. Hanya menyanyikan beberapa lagu, setelah itu pulang. Bagaimana seorang guru dapat menciptakan pembelajaran pendidikan seni musik secara kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik, serta berujung pada peningkatan semangat belajar perserta didik terhadap mata pelajaran lain?

Seorang komponis Honggaria, Zaltan Kodaly (1882-1967) berpendapat, ”Tidak ada anak yang tidak mempunyai kemampuan musikal. Yang sering terjadi adalah kemampuan itu tidak dikembangkan”. Aktivitas musik akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan anak, mulai dari berbahasa, berekspresi, berkreasi, bahkan intelektual anak.

Namun pada realitanya, guru sekolah dasar kebanyakan masih kurang dalam penguasaan seni musik. Sehingga mereka takut jika harus mengajarkan seni musik kepada siswanya, takut salah atau takut kelihatan tidak bisa. Maka sudah saatnya guru untuk belajar mengembangkan kemampuan musik yang dimiliki anak secara optimal. Dimulai dari sang guru untuk belajar musik tentunya. Berilah porsi yang seimbang pada anak pendidikan seni musik. Sehingga anak tidak dijejali dengan crayon atau pensil warna terus menerus.

Semangatlah untuk belajar dan belajar dengan tekun.. Bukankah itu yang guru ajarkan pada murid-muridnya? Belajar adalah sepanjang nafas berhembus.. ilmu tidak akan habis walau umur 1000 tahun lamanya.

Kursus Bahasa Inggris untuk Anak Usia SD (7-10 Tahun)

Membantu bahasa Inggris anak usia SD melesat tinggi!

Membiasakan diri terhadap bahasa Inggris sejak usia SD merupakan salah satu cara terbaik agar anak-anak dapat fasih berbahasa Inggris di kemudian hari. Usia SD merupakan waktu yang tepat untuk memperkenalkan bahasa Inggris pada anak karena anak usia SD memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga mampu menyerap pelajaran lebih cepat.

EF English First menyediakan program High Flyers, yaitu kursus bahasa Inggris khusus untuk anak usia SD. Program kursus ini menggunakan buku dan materi eksklusif EF High Flyers yang dirancang secara detil dalam lima tahapan dan mencakup semua keterampilan berbahasa Inggris, mulai dari pembelajaran kosakata hingga pembentukan ungkapan, dengan penekanan khusus pada pelafalan.

Program kursus ini secara terfokus akan membantu anak-anak usia SD membangun kepercayaan diri dan kemampuan berbahasa Inggris sealami mungkin. Kurikulum EF English First juga menekankan bahasa Inggris praktis yang akan benar-benar berguna bagi anak-anak di masa depan mereka.